Arogan


Ini bukan pertama kalinya ku menagis karnamu, tapi sudah kesekian kalinya.
Kapanpun, dimanapun, apapun itu ketika aku ingin bertemu dengan mu yang ku punya hanyalah rasa TAKUT. Takut akan marah mu yang benar-benar dapat menyayat, merobek, melukai hati dan mental. Tidak hanya bertemu tatap muka, melalui pesan singkat, telepon pun aku takut. Mungkin orang lain dapat menganggap  marahmu hanya sebagai lelucon belaka. Tapi tahukah engkau, marahmu itu membuat ku takut untuk berbicara, untuk mengungkapkan rasa, pendapat. Hingga untuk mengatakan aku menderita dengan ketakutan ini pun aku takut. 
Tahukah engkau, hingga kini aku bertahan mendampingimu, mensupportmu, membantumu dengan rasa ketakukan yang sangat-sangat luar biasa. Ketakutan yang tak pernah aku dapatkan dari lingkungan ataupun orang lain. Aku bertahan bukan karena ingin mendapatkan apapun darimu. Tapi aku nyakin dan aku melihat itu, kau adalah laki-laki yang penuh dengan kelembutan. Kalau interpretasikan kelembutan itu dengan teman-temanmu, keluargamu, bahkan orang lain yang bukan siapa-siapa dalam hidupmu. Namun, berbeda dengan ku, kau interpretasikan semua kearogananmu, keras mu, hingga kau dengan mudahnya mengatakan BODOH. 
BODOH adalah kata yang sangat-sangat dilarang bahkan tak pernah aku dengar dari lingkungan keluarga ku. Bagi orang lain mungkin bodoh adalah satu kata yang bisa di anggap biasa-biasa saja dan tak memiliki arti. Tapi bagiku kata itu sangatlah kasar, kotor, untuk disebut dan didengar oleh orang yang tak pernah menemukan kata itu di keluarganya. Tapi kau dengan mudahnya menyebut kata itu, berulang kali, bahkan di depan orang lain. Tahukah engkau hal itu sangat-sangat melukai hati ku.
Ya, aku adalah perempuan yang paling bodoh yang selalu ada disaat engkau membutuhkan ku. Walaupun telah kau lukai hati dan mental ini, tapi aku berusaha menampilkan bahwa aku sedang baik-baik saja dan bisa selalu kau andalkan. Tahukah engkau, bahwa aku kini telah lelah bertahan dengan ketakutan ini. Lelah untuk menyembunyikan rasa TAKUT yang sangat-sangat membuatku menderita. Mungkin hanya satu hal yang dapat aku lakukan untuk keluar dari penderitaan ini yaitu menghilang. Aku akan memilih menghilang agar rasa takut ini dapat menghilang di makan waktu dari pada berubah menjadi kebencian. Aku akan menghilang disaat seluruh tugas dan tanggung jawab ku selesai agar ketika aku pergi kau dapat melakukan seluruh kegiatan mu sendiri tanpa aku. 
Aku tak perlu kau sanjung, kau puji, kau sembah atau apapun itu, yang ku perlukan hanya pengakuanmu bahwa aku adalah perempuan yang selalu ada ketika kau butuh.

Komentar